Selasa, 18 Mei 2010

Indonesia of My Dream Contest 2010

HORE..... (Alhamdulillah)

dengan rasa senang dan gembira setibanya di cimahi...
knapa???

Baca nih....

Click!

Selasa, 11 Mei 2010

Sejarah!

Dari dulu aku nulis Artikel sejarah mulu yah!! tapi, ada yg udh tau belum arti dari Sejarah?? Kalo blum baca nih!!

Sejarah, babad, hikayat, riwayat, atau tambo dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah.Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari peristiwa penting masa lalu manusia.Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli sejarah disebut sejarawan.

Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu budaya (humaniora). Akan tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan di masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.

Kata sejarah secara harafiah berasal dari kata Arab (شجرة: šajaratun) yang artinya pohon. Dalam bahasa Arab sendiri, sejarah disebut tarikh (تاريخ ). Adapun kata tarikh dalam bahasa Indonesia artinya kurang lebih adalah waktu atau penanggalan. Kata Sejarah lebih dekat pada bahasa Yunani yaitu historia yang berarti ilmu atau orang pandai. Kemudian dalam bahasa Inggris menjadi history, yang berarti masa lalu manusia. Kata lain yang mendekati acuan tersebut adalah Geschichte yang berarti sudah terjadi.

Kebangkitan nasional Indonesia

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll.

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Sabtu, 08 Mei 2010

Relativisme Sejarah: Bukan Harga Mati

Moral dan keyakinan merupakan hasil dari ruang dan waktu tertentu, dan karenanya tidak ada yang bisa disebut “benar” atau “salah”
Sebuah ungkapan yang hampir mirip dengan obyektifitas dan subyektifitas dalam sejarah. Sudah sejak lama disiplin ilmu sejarah dipertanyakan tingkat keabsahannya. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena peristiwa sejarah bersifat einmaligh, dan peristiwa tersebut tidak dapat direkonstruksi secara benar-benar serupa dengan peristiwa yang sebenarnya terjadi. Banyak faktor yang memengaruhi sebuah peristiwa tidak dapat direkonstruksi sesuai dengan yang asli. Faktor waktu, tempat, keadaan, lingkungan dan segudang faktor yang lainnya adalah hal-hal yang membuat mengapa sebuah peristiwa sejarah tidak dapat diulang sama persis dengan yang aslinya
Esensi ‘benar” dan “salah” bukan harga mati, karena “benar” dan “salah” bukan tujuan utama penulisan sejarah. Sejarah hanya berusaha merekonstruksi sebuah peristiwa mendekati semaksimal mungkin dengan peristiwa yang terjadi. Perkara “benar” dan “salah” tergantung dari subyektifitas pembaca atau penikmat karya sejarah tersebut. Sudut pandang pembaca atau penikmat adalah faktor utama yang membuat pengkategorian karya tersebut “benar” atau “salah”. Penempatan sudut pandang dalam menilai suatu peristiwa inilah yang membuat banyak ungkapan tentang esensi “benar” dan “salah.
Seperti kasus subyektifitas berikut: [Jika] s dan s’ mempunyai makna yang sama, maka apapun kondisi –kondisi yang membuat benar akan [selalu] membuat s’ benar. Sehingga tidak mengejutkan bahwa relativis cenderung untuk mengutamakan konsepsi-konsepsi holistic tentang kebenaran dan bermakna, yang membuat bagian semantik utama sesuatu yang lebih rumit daripada kalimat. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai relativis seseorang dengan orang lain akan berbeda. Hal ini terkait erat dengan unsur subyektifitas seperti yang tertera di atas. Tidak ada yang bisa menggugat ego seseorang. Ego yang timbul akan senantiasa mati-matian dipertahankan oleh orang yang melontarkan ego tersebut. Walaupun banyak orang berkilah akan tingkat kebesaran hatinya dalam menerima perbedaan atau kritikan, tetapi ego yang telah bermain di dalamnya walau kadang dipungkiri tapi tetap akan dipertahankan dan senantiasa bermain di dalamnya (dalam upaya mempertahankan argumen).

Unsur “benar’ dan “salah” dalam sejarah, bukan perkara “hitam” dan “putih” saja, tetapi lebih luas dari itu. Bagaimana cara menganalisa sebuah persoalan, minimal mendekati dengan pendekatan yang maksimal terhadap sebuah persoalan. Dalam pendekatannya, seorang sejarawan (dalam usaha penulisannya) akan berbenturan dengan berbagai kepentingannya. Pemihakan pribadi (personal bias), yaitu persoalan suka atau tidak suka pribadi terhadap individu atau golongan dari seseorang, prasangka kelompok (group prejudice) yaitu menyangkut keanggotaan sejarawan dalam suatu kelompok apakah itu bangsa, ras, kelompok sosial, atau agama tertentu, teori-teori penafsiran sejarah yang berbeda (Conflicting theories of historical interpretation) yaitu perbedaan penafsiran teori, misal sejarawan Marxis akan menulis berdasarkan teori determinisme ekonomi, konflik-konflik filsafat yang mendasar (underlying philosophical conflicts) yaitu kepercayaan moral atau pandangan hidup seseorang. Unsur-unsur seperti yang tertera diataslah yang menyebabkan penulisan sejarah tidak se-simple “hitam” dan “putih” saja atau “benar” dan “salah”.

(Tunggul Tauladan, Alumni Ilmu Sejarah Angkatan 2002. Kini bekerja sebagai redaktur di MelayuOnline.com).
Referensi

Peter Levine. 2002. Nietzsche “Krisis Manusia Modern”. a.b Ahmad Sahidah, Yogyakarta: IRCiSoD.

Helius Sjamsuddin. Metodologi Sejarah. Departemen P & K. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Tenaga Akademik
Roy Jackson. 2003. Friedrich Nietzsche. a.b. Abdul Mukhid. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Jumat, 07 Mei 2010

Bandung!

Bandung Selatan di waktu malam
Dalam asuhan Dewi Purnama
Cantik mungil kesuma melati putri manja Ibunda Pertiwi …

(Ismail Marzuki, Bandung Selatan di Waktu Malam)

Pada tanggal 4 Oktober 1945, ditanda-tangani perjanjian antara Mayor Jenderal Mabuchi, Panglima Militer Jepang Jepang dengan Residen Priangan R. Puradiredja. Bagian terpenting dari perjanjian tersebut adalah bahwa bendera Indonesia akan dibiarkan di gudang-gudang senjata militer Jepang. Patroli-patroli gabungan Indonesia-Jepang akan menjaga instalasi-instalasi ini dengan Indonesia bertugas secara menonjol di depan umum dan Jepang secara tersembunyi di belakang layer.

Perjanjian tersebut juga disaksikan oleh Oto Iskandardinata (Ketua KNI Jawa Barat), R. Nitisumantri (Ketua KNI Karesidenan Priangan), R. Soehari (Ketua BKR Kota Besar Bandung) dan R. Jusuf (Kepala Polisi Karesidenan Priangan).

Adalah jelas bahwa perjanjian itu tidak melibatkan penyerahan senjata sebenarnya ke BKR namun diatur agar supaya masyarakat umum melihat bahwa Indonesia telah menguasai gudang-gudang senjata itu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi tekanan para pemuda untuk mempersenjatai para penduduk. Dan ini adalah motivasi Mabuchi sambil menunggu tentara sekutu memasuki kota Bandung. Dalam hal ini Oto-Puradiredja, tidak mengetahui keinginan Mabuchi yang sebenarnya, mereka mengira senjata-senjata tersebut akan diberikan ke pihak Indonesia.

Para pemuda yang segera meyimpulkan hasil dari perjanjian tersebut dan melihat situasi yang tidak berubah, pada tanggal 6 Oktober 1945 melakukan pemboikotan terhadap pihak Belanda (interniran) di pasar-pasar di kota Bandung. Tak seorang pun yang mau menjual barang-barangnya kepada para mantan tahanan Jepang itu.

Dan di tanggal 9 Oktober 1945, rombongan-rombongan pemuda dari berbagai golongan, mendobrak dan menyita pabrik senjata di Kiarcondong. Hal ini menimbulkan kemarahan Mabuchi sehingga akhirnya dia melakukan serangan balasan ke para pemuda dan akhirnya markas BKR tak luput dari serbuan tentara Jepang. Praktis setelah itu kota Bandung di bawah pengawasan Jepang.

Tentara sekutu sendiri masuk ke kota Bandung pada tanggal 17 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigadir Jenderal N. McDonald yang membawa Bigade Infanteri ke-37 dengan menggunakan kereta api. Di kota Bandung terdapat puluhan ribu mantan interniran (APWI : Allied prisoners of war an Internees) yang harus dijaga dan dirawat oleh sekutu.

Kehadiran sekutu mulai menimbulkan situasi yang tidak kondusif di Bandung. Pada tanggal 25 November 1945, para pemuda menyerang tempat-tempat kedudukan sekutu, APWI dan Jepang di beberapa tempat seperti : Lapangan Terbang Andir, Tangsi Jepang di Tegallega, Hotel Preanger dan Hotel Savoy Nyoman.

Akhirnya pada tanggal 27 November 1945, Brigadir McDonald mengeluarkan ultimatum kepada kepala daerah dan masyarakat Bandung agar segera mengosongkan kota Bandung bagian utara dengan dibatasi oleh jalan kereta api. Apabila sekutu masih mendapati orang Indonesia membawa senjata di wilayah Bandung utara setelah ultimatum dijalankan maka orang tersebut akan ditembak mati.

Walaupun telah dibatasi dengan garis demarkasi berupa rel kereta api, serangan sporadis tentara dan pemuda Indonesia terus dilakukan ke wilayah Bandung utara. Puncaknya adalah pasukan TRI (Tentara Republik Indonesia) melakukan penghadangan iringan-iringan konvoi Inggris di Fokkersweg (sekarang Jl. Garuda) pada pertengahan Maret 1946.

Pertempuran di Fokkersweg meluas ke tempat dan daerah yang lain di kota Bandung sehingga pasukan sekutu semakin berketetapan untuk menguasai seluruh kota. Mayor Jenderal Hawthorn, panglima divisi ke-23 yang sejak 16 Februari 1946 memindahkan dari markasnya dari Jakarta ke Bandung, mengeluarkan ultimatum agar seluruh pasukan Indonesia mengosongkan daerah selatan Bandung pada tanggal 24 Maret 1946 tengah malam.

Perundingan dengan pihak republik pun dilakukan, Menteri Sjarifudin Prawiranegara, Mayor Jenderal Didi Kartasasmita dan Kolonel AH Nasution datang mewakili pihak Indonesia. Pertemuan itu gagal dan tidak menghasilkan kesepakatan apa-apa kecuali ketetapan tentara sekutu yang tidak bisa dirubah.

Pada tanggal 24 Maret 1946, pukul 14.00, Kolonel AH Nasution selaku Panglima Divisi III mengeluarkan perintah agar semua pegawai dan rakyat sebelum pukul 24.00 sudah meninggalkan kota Bandung dan membumihanguskan Kota Bandung yang ditinggalkan serta menyerang kedudukan musuh di wilayah utara. Bandung lautan api pun dimulai.

Keesokan pagi harinya, brigade infanteri ke-49 tentara Inggris, masuk menyerbu ke wilayah selatan Bandung dan secara khusus brigade infanteri ke-36 didatangkan dari Jakarta untuk melakukan operasi pembersihan. Perlawanan rakyat Jawa Barat pun berpindah ke luar daerah kota Bandung.

Sekarang telah menjadi lautan api,
Mari Bung rebut kembali !

(No Name, Halo-halo Bandung)

Jumat, 23 April 2010

Operasi Barbarossa


Operasi Barbarossa (Jerman: Unternehmen Barbarossa) adalah sebutan invasi tentara Nazi Jerman di Uni Soviet pada Perang Dunia II. Invasi ini dimulai pada tanggal 22 Juni 1941. Lebih dari 4,5 juta tentara dari kekuatan Axis Uni Soviet menyerbu sepanjang 2.900 km (1.800 mil). Perencanaan untuk Operasi Barbarossa dimulai pada tanggal 18 Desember 1940; rahasia persiapan dan operasi militer itu sendiri berlangsung hampir satu tahun, dari musim semi tahun 1940 sampai musim dingin 1941.

Barbarossa adalah nama seorang Kaisar Jerman pada Abad Pertengahan.

Mula-mula pasukan Adolf Hitler menang dengan taktik Blitzkrieg nya, tetapi musim dingin tiba dan ini adalah sekutu terbaik Rusia. Pasukan Jerman mampu menghancurkan pasukan-pasukan Uni Soviet namun gagal memperhitungkan kemampuan Uni Soviet untuk secara terus-menerus memperbarui dan mempersenjatai pasaukan baru. Yakin bahwa Jepang tidak akan menyerang di Timur, Stalin juga menarik pasukan Uni Soviet dari Siberia untuk mempertahankan Moskwa dan melakukan serangan balik. Pasukan Jerman dapat menekan sampai beberapa kilometer dari Moskwa, namun serangan balik Uni Soviet di tengah musim dingin akhirnya berhasil mematahkan Operasi Barbarossa. Hitler mengharapkan pukulan cepat dan tidak mempersiapkan perang yang berkelanjutan di tengah musim dingin Rusia.

Sumber : Wikipedia Indonesia

Operasi Market Garden



Operasi Market Garden
, adalah operasi yang dilancarkan oleh sekutu dibawah pimpinan Jenderal Bernard Montgomery dari Inggris pada bulan September tahun 1944. Operasi ini bertujuan merebut dan menguasai jembatan-jembatan di garis belakang musuh (Jerman saat itu masih menguasai Belanda) sehingga bisa dengan mudah masuk ke Jerman melewati sungai Rhine untuk menguasai lembah Ruhr (pusat industri) di Jerman dengan menerjunkan ribuan pasukan payung di negara Belanda. Dengan direbutnya pusat industri Jerman, sekutu berharap perang dapat segera berakhir sebelum tiba hari Natal di tahun 1944.Divisi-divisi sekutu yang ditugaskan untuk menjalankan misi ini adalah 101st Airborne Division(US), 82nd Airborne Division(US), 1st Airborne Division(UK), Polish Brigade, dan 30 Corps (Divisi Tank/Kavaleri) . Dalam misi ini setiap divisi-divisi sekutu harus sudah menguasai jembatan-jembatan dalam waktu yang sangat singkat, setelah itu mereka harus mempertahankan jembatan tersebut sampai 30 Corps melewati jembatan tersebut, begitu terus sampai jembatan terakhir yang ada di Arnhem.

Secara kebetulan di wilayah Belanda ada beberapa Divisi Panzer SS yang dikomandani oleh Field-Marshall Walter Model yang sedang beristirahat dan awalnya ia menyangka sekutu melancarkan serbuan untuk menangkap dirinya sehingga dia mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Pada awalnya, sekutu berhasil menguasai jembatan-jembatan yang ada di daerah Nijmegen dan Eindhoven Belanda, tetapi 1st Airborne Boys(UK) yang dipimpin oleh Col.Frost yang ditugaskan menguasai jembatan di daerah Arnhem dapat dipukul mundur oleh pasukan SS Panzer, hal ini mengakibatkan kegagalan yang fatal bagi operasi ini. Akhirnya sekutu dapat dipukul mundur dan operasi ini dianggap sebagai salah satu operasi sekutu yang gagal setelah peristiwa D-Day di Normandia selama Perang Dunia II yang diharapkan selesai sebelum hari Natal tahun 1944 tetapi ternyata masih terus berlanjut hingga menyerahnya Jerman di bulan Mei 1945. Operasi ini mengakibatkan ribuan nyawa melayang dari Divisi pasukan payung sekutu.

Sumber : Wikipedia Indonesia
 
Copyright 2009 Arief Rizqi